Kamis, 15 September 2016

Kisah Sebuah Pohon dan Seorang Anak


Alkisah, ada sebuah pohon besar di dalam hutan dengan batang yang tebal, dahan yang besar, dan berdaun rimbun. Datanglah seorang anak yang kesepian ke pohon itu untuk bermain.

Anak itu membayangkan ia mendengar pohon itu berkata ramah kepadanya, “Ayo panjatlah aku. Bangunlah rumah bermain kecil di atas sini. Kamu boleh menggunakan dahan kecilku jika kamu mau, juga daunku yang berlimpah.”

Maka anak itu memanjat pohon itu, mematahkan beberapa ranting, mengambil dedaunan, dan membuat rumah rahasia yang tinggi di pohon itu. Meski itu menyakiti pohon, namun pohon itu bahagia berkorban sedikit untuk melihat anak itu mendapatkan begitu banyak kesenangan. Selama hari-hari yang panjang, anak itu akan bermain di dalam rumah pohon tersebut dan pohon itu pun senang melihatnya.

Ketika anak itu beranjak remaja, ia berhenti bermain di pohon itu. Sang pohon menjadi sedih dan rantingnya merunduk. Selang beberapa tahun, anak yang kini remaja itu kembali mengunjungi pohon. Sang pohon pun kegirangan melihatnya lagi. Pemuda itu merasa ia mendengar pohon itu berkata, “Ayo panjatlah aku lagi. Rumah pohon lamamu masih di sini. Aku merindukanmu.”

“Kini aku terlalu tua untuk bermain rumah pohon.” pikir remaja itu. “Aku ingin kuliah tapi aku terlalu miskin.”

“Tidak masalah, kembalilah seminggu lagi. Aku akan mengeluarkan buah dan menghasilkan ekstra buah. Silakan panen buahku dan juallah untuk membayar biaya kuliahmu.” Ujar sang pohon.

Selama tiga tahun, anak itu mengambil setiap buah dari pohon itu tetapi Sang pohon pun nampak gembira, walaupun sebenarnya hal ini membuat pohon berusaha lebih keras lagi  tiap tahunnya untuk menghasilkan lebih banyak buah. Keadaan ini membuat pohon menjadi kelelahan dan sakit.

Beberapa tahun kemudian, anak itu kini menjadi pemuda. Ia memiliki kesan yang sangat jelas bahwa pohon tua itu menangis kegirangan melihatnya lagi. “Tunggu beberapa hari lagi. Walau aku kini agak lemah, aku masih bisa menghasilkan banyak buah agar kamu jual untuk biaya kuliahmu.” Kata sang pohon.

“Aku tidak kuliah lagi, aku sudah punya pekerjaan. Aku sudah jatuh cinta dan ingin menikah, namun kami membutuhkan rumah untuk ditinggali.” Kata pemuda itu.

“Tidak masalah, kembalilah besok dengan gergaji. Ambil dahan tebalku. Itu bisa untuk membuat papan lantai dan tiang yang kuat. Bahkan ada cukup kayu untuk membuat dindingnya. Gunakan dahan kecil dan daun besar untuk atapnya. Ada banyak.” Jawab sang pohon

Hari berikutnya, pemuda itu mengambil seluruh dahan dan daun untuk membuat rumahnya dan menyisakan hanya batangnya. Meski itu melukai pohon dengan parah, namun pohon itu tetap bahagia membuat pengorbanan besar untuk seseorang yang dicintainya.
Selama bertahun-tahun, anak itu sudah jarang mengunjungi pohon lagi. Hingga pada suatu hari saat si anak sudah berubah menjadi pria setengah baya, ia mengunjungi pohon itu lagi. “Selamat datang!

Sungguh bahagia melihatmu lagi!“Apa yang bisa kulakukan untukmu? Mohon izinkan aku untuk membantu.” Ujar sang pohon.
“Aku kini punya anak dan ingin memulai usaha perabotan sendiri untuk mendapat uang agar dapat memberi mereka kehidupan yang baik.” Jawab pemuda itu.

“Bagus sekali, meski kamu mungkin berpikir aku sudah sangat tua, namun aku masih mempunyai kayu indah dalam batangku untuk membuat banyak perabot mahal. Ambillah. Aku akan bahagia jika kamu ambil semua.” Ujar sang pohon.

Maka keesokkan harinya, pria itu datang menebang batang pohon untuk memulai usaha perabotannya.Tak lama setelahnya, pohon itu pun mati. Bertahun-tahun kemudian, anak itu, kini telah menjadi orang tua. Ia mengunjungi tempat dimana pohon yang sehat itu pernah berdiri dan selalu dermawan kepadanya.

Kini yang tersisa hanyalah akar yang melapuk. Orang tua itu membaringkan kepalanya di atas akar-akar itu sejenak. Ia ingat dengan berurai air mata bagaimana pohon itu telah banyak menolongnya, tanpa bertanya, tiap kali ia membutuhkan pertolongan. Bagaimana pohon itu mengorbankan segalanya untuknya, dan bahagia melakukannya setiap saat. Ia pun tertidur. Ketika ia bangun dari mimpi itu, ia menyadari bahwa pohon itu adalah orang tuanya.

Tanpa kasih sayang dan perhatian dari orang tua, kita bukanlah siapa-siapa. Mereka tak pernah menghitung terhadap waktu, tenaga, dan materi yang telah mereka gunakan untuk memenuhi semua kebutuhan anak-anaknya. Semua ini mereka lakukan demi melihat masa depan anak-anaknya lebih baik dari yang mereka punya. Semoga kita semua tidak terlambat menyadari keberadaan orang tua kita yang selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar